PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
DAN PRATAP TRILOKA KI
HADJAR DEWANTARA
(KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.)
Ki Hadjar
Dewantara menggagas sebuah sistem pendidikan yang lebih humanis dan populis
dibandingkan dengan sistem pendidikan di zaman kolonial melalui pendirian pergerakan
nasional Indonesia, Taman Siswa di Yogyakarta tahun 1922. Metode pengajaran
yang yang diterapkan memposisikan guru sebagai pamong.murid. Istilah yang “harus
dipatuhi” menjadi “karakter” yakni “patrap guru: atau tingkah laku guru yang
menjadi panutan murid-murid dan masyarakat. Perilaku guru dalam mendidik murid menjadi pegangan dan modal
utama dan dikenal sebagai Pratap Triloka yaitu:
1. Ing ngarsa sung tulada (di muka memberi teladan),
2. Ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita/kemauan
3. Tut wuri handayani (di belakang mengikuti dan mendukungnya)
Dalam
pengambilan keputusan, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, konsep Pratap
Triloka sangat berpengaruh. Ing ngarso sung tulodho berarti ketika menjadi
pemimpin, seorang guru harus dapat menjadi tauladan untuk semua orang yang ada
di sekitarnya. Ing madya mangun karso berarti seorang guru harus memapu
membangkitkan semangat para peserta didik saat menjalankan tugasnya. Tut wuri
handayani berarti guru mampu memberikan dorongan moral dan semangat kepada peserta
didik saat dia ada di belakang. Pendek kata, seorang pemimpin seharusnya dapat
mengambil keputusan dengan memperhatikan keteladanannya sekaligus bisa
memberikan dorongan semangat peserta didk serta bisa terhindar dari bujukan
moral yang ada.
Sebagai seorang mahluk sosial,
seorang guru biasanya telah memiliki nillai-nilai kebajikan yang tertanam dalam
diri dan akan menjadi pengaruh besar dalam setiap pengambilan keputusan yang
diambil. Nilai-nilai kebajikan tersebut diantaranya: cinta dan kasih sayang,
kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, atau tanggungjawab.
Di dalam praktik keseharian, ada kalanya seorang guru dihadapkan
pada suatu dilemma yang membuat dia harus menyelesaikan pertentangan atau
persinggungan antara paradigma benar lawan benar seperti: kebenaran melawan
kesetiaan, keadilan melawan rasa kasih sayang, individu melawan kelompok, atau
jangka pendek melawan jangka panjang. Oleh karena itu, di dalam pengambilan
keputusan seorang guru bisa berpikir berdasarkan hasil akhir, peraturan, atau
rasa peduli terhadap orang lain serta melakukan analisa kasus dan menerapkan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil.
Sembilan
langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil tersebut adalah:
1. Menemukenali
nilai apa yang ada dalam situasi dilemma
2. Mengidentifikasi
siapa saja yang terlibat dalam situasi dilemma
3. Menentukan
fakta-fakta yang relevan dalam situasu dilemma
4. Melakukan
pengujian benar lawan salah melalui: uji legal, uji regulasi/profesi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan/idola
5. Menerapkan
paradigma benar lawan benar
ü Kebenaran melawan kesetiaan
ü Keadilan melawan kasih saying
ü Individu melawan kelompok
ü Jangka pendek melawan jangka panjang
6. Menerapkan
tiga prinsip resolusi
ü Berpikir berdasarkan hasil akhir
ü Berpikir berdasarkan peraturan
ü Berpikiran berdasarkan rasa peduli
7. Melakukan
investigasi opsi trilemma
8. Mengambil
keputusan
9. Melihat
kembali keputusan dan refleksi.
Agar
setiap pengambilan keputusan yang diambil bisa secara efektif menangani
permasalahan nyata yang muncul dan menghasilkan hasil yang tepat dan efektif, seorang
guru harus bisa melakukan penyelesaian secara kolaboratif melalui penerapan coaching
model TIRTA yang fokus pada tujuan, identifikasi, rencana aksi, dan
tanggungjawab. Sedangkan, untuk membantu mengkondisikan diri dengan baik
terhadap semua yang dihadapi, guru harus terus melatih kesadaran penuh dan
kemampuan sosial emosionalnya dengan baik pula. Guru harus mampu melatih
kesadarian diri, mengelola emosi diri, sadar secraa sosial, memiliki
ketrampilan berelasi dan menerapkan pada akhirnya menerapkan pengambilan
keputusan yang bertanggungjawab.
Kembali
kepada nilai-nilai yang telah tertanam dalam diri seorang guru, pastilah hal
tersebut akan mempengaruhi penyelesaian kasus atau permasalahan moral dan etika
yang ada. Maka diharapkan seorang guru harus memiliki nilai kebajikan, seperti:
1. Toleransi
2. Rasa Hormat
3. Integritas
4. Mandiri
5. Menghargai
6. Antusias
7. Empati
8. Keingintahuan
9. Kreativitas
10. Kerja sama
11. Percaya Diri
12. Komitmen
Saat seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran telah dalam
melakukan pengambilan keputusan secara tepat, hal ini akan memberikan dampak
baik terhadap terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman,
sehingga pendidikan yang berpihak pada murid akan dapat direalisasikan. Sejalan
dengan Merdeka Belajar, pendidikan diselenggarakan demi menuntun para peserta didik
sesuai dengan kekuatan kodratnya untuk bisa selamat dan bahagia sebagai manusia
dan sebagai bagian dari masyarakat. Ketercapaian tujuan pendidikan Indonesia dan
Profil Pelajar Pancasila pun akan benar-benar terwujud.
Dalam pelaksanaan praktik pendidikan dan pengajaran yang
kita hadapi di dunia nyata saat ini, kondisi lingkungan dan aturan-aturan yang
telah ada di dalam instansi kita pun akan ikut mempengaruhi pengambilan
keputusan. Khususnya jika sebuah keputusan didasarkan pada prinsip rule-based
thinking atau berpikir berdasarkan peraturan. Untuk hal ini, perlu dilakukan
pengkajian ulang secara berkala terhadap aturan-aturan yang berlaku di instansi
kita, sehingga segala sesuatu yang didasarkan pada aturan tidak akan memunculkan
permasalahan kembali melainkan bisa terselesaikan dengan baik dan efektif. Aturan
sebaiknya pun dibuat berdasarkan kolaborasi dan kesepakatan seluruh warga, sehingga
dapat meminimalkan ketidakadilan. Pembaharuan dan perubahan paradigma sangat
diperlukan.
Pada akhirnya pengambilan keputusan yang dilakukan seorang
guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat selaras dengan penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran yang berpihak pada murid, bisa memunculkan potensi dan
minat murid, menumbuhkembangkan laku murid agar mereka bisa mendapatkan masa
depannya dengan baik, selamat dan bahagia.